Universitas Brawijaya (Unibraw), Malang, Jawa Timur, menemukan sumber protein alternatif. Khamir laut, namanya. Khamir laut diyakini bisa menjadi pengganti kedelai dalam industri pakan budidaya ternak dan ikan.
“Ketersediaan khamir laut di alam banyak dan mudah didapatkan. Untuk memproduksinya juga tidak butuh teknologi tinggi,” kata Guru besar Bidang Bioteknologi Perikanan Kelautan Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Unibraw Sukoso, Rabu (10/2).
Khamir laut (marine yeast) atau dikenal sebagai ragi laut adalah mikroorganisme yang diisolasi dari laut kemudian dikembangkan untuk menghasilkan sel. Penelitian itu dilakukan sejak 2000.
Ia mengungkapkan, mikroorganisme laut itu adalah bagian kecil dari potensi bioteknologi kelautan Indonesia yang bisa menyumbangkan pendapatan mencapai US$ 40 miliar per tahun dalam bentuk produk bervariasi, mulai dari sumberdaya mikrobia laut, enzim, bahan obat, dan bahan pangan.
Sukoso berpendapat penyediaan sumber protein pakan di industri budidaya harus mengembangkan strategi efisiensi yakni mengurangi penggunaan sumber protein yang berkompetisi dengan bahan pangan manusia.
Contohnya adalah Indonesia harus impor sekitar satu juta sampai dengan 1,2 juta ton per tahun untuk memenuhi kebutuhan kedelai dengan harga Rp7.500 per kilogram (kg). Kedelai itu tidak hanya digunakan untuk pembuatan tahu, tempe, dan bahan pangan lainnya, tetapi juga untuk bahan utama industri pembuatan pakan ternak dan ikan.
Berangkat dari permasalahan itu, katanya, khamir laut bisa diajukan sebagai alternatif pengganti kedelai dalam pembuatan pakan atau setidaknya mensubtitusi untuk mengurangi penggunaan kedelai dalam pakan.
“Pakan dari kedelai bisa mengganggu stok pangan rakyat. Untuk itu harus segera diganti dengan khamir laut yang harganya lebih murah, sekitar Rp2 ribu per kg ketimbang harga kedelai mencapai Rp7.500 per kg,” katanya.(MI/ICH)
metrotv