Sparta akan kembali berlayar, dipandu kapal pemecah es dari Korea Selatan, Araon.
BIOENERGICENTER.COM — Dua minggu terjebak di tengah Antartika, kapal ikan berbendera Rusia, akhirnya berhasil lolos. Sparta, namanya, terdampar sekitar 3.700 kilometer tenggara Selandia Baru, setelah es merobek lambungnya dan terancam tenggelam.
Kapal sepanjang 48 meter yang membawa 32 kru, termasuk 16 anak buah kapal dari Indonesia, akan kembali berlayar, dipandu kapal pemecah es dari Korea Selatan, Araon.
Araon bertugas membawa Sparta, menempuh jarak 3.700 kilometer ke pelabuhan terdekat di Selandia Baru, Lyttelton. Di sana, air laut akan dipompa dari tubuh Sparta sekaligus dilakukan perbaikan bersifat permanen.
“Kapal Araon akan mendampingi Sparta, ia bertugas memecah es agar kedua kapal bisa melaju,” kata Tracy Brickles dari pusat koordinasi penyelamatan Selandia Baru (RCC), seperti dimuat Daily Mail, Rabu 28 Desember 2011.
Sparta menabrak es bawah laut pada 16 Desember 2011 lalu. Bongkahan es yang berada di Laut Ross menghalangi kapal-kapal lain mendekat dan memberi pertolongan. Selama 10 hari, para kru kapal dipaksa untuk memompa ke luar air laut yang nyaris membeku, menjaga kapal tetap terapung sambil menanti pertolongan.
Hari-hari pertama sungguh berat bagi para awak. Kapal lain tak mungkin datang, sementara pesawat Hercules yang terbang di atasnya tak bisa digunakan untuk menyelamatkan mereka.
Sembari menunggu pertolongan, para awak kapal melemparkan kargo ke laut untuk meringankan beban kapal. Beberapa awak kapal terlihat menaiki sekoci. Kala itu, muncul kekhawatiran, para ABK harus menggunakan pakaian darurat yang didesain menjaga mereka tetap hidup, dalam perairan super dingin.
Padahal, “lokasi di mana mereka berada sangat terpencil, lingkungan yang ganas,” kata Andrew Wright dari Conservation of Antarctic Marine Living Resources. Untungnya, belum sempat rencana nekat itu dilakukan, Araon berhasil mendekati Sparta pada Senin 26 Desember 2011.
Koordinator tim SAR, Mike Roberts mengatakan, kru Sparta mentransfer bahan bakarnya ke Arao. Para kru tak berani mengelas bagian lubang dengan pertimbangan keamanan. Mereka sebenarnya telah mecoba memperbaiki Sparta dengan cara memasang pelat dobel di atas lubang, namun gagal. Akhirnya mereka menggunakan kotak beton untuk menutup lubang sampai perbaikan bisa dilakukan.
Sebelumnya, militer Selandia Baru menjatuhkan pompa dan mesin agar para kru bisa menjaga kapal tak tenggelam.
INGIN DAPAT SOLUSI MASALAH SEKARANG JUGA? KLIK DISINI