BioenergiCenter.com – Tsunami di Jepang Maret lalu memecahkan gunung es di Antartika. Ukuran gabungan seluruh pecahan mencapai dua kali Kota Manhattan, Amerika Serikat.
Para peneliti dari NASA berhasil mendeteksi ombak tsunami Jepang bergerak sejauh 13.600 kilometer. Ombak tersebut mencapai daerah kutub selatan 18 jam setelah tsunami di Jepang. Gelombang yang tingginya hanya 30 sentimeter itu membuat gunung es yang berasal dari bongkahan es Sulzberger terpisah.
Selain gelombang, es di Antartika juga diperkirakan memiliki hubungan dengan aktivitas seismik. Saat gempa dan tsunami terjadi, getaran yang timbul cukup untuk membuat retakan pada es Antartika.
Menurut catatan sejarah, es Sulzberger belum pernah beranjak dari tempatnya selama 46 tahun. Baru setelah hingga tsunami Jepang melanda, Sulzberger bergerak. “Di masa lalu, ada peristiwa seperti ini, namun kami masih mencari sumbernya. Sekarang kami tahu ternyata gempa dan tsunami Jepang, salah satu peristiwa terbesar di dalam sejarah, bisa jadi penyebab,” jelas spesialis kriosfer, Kelly Brunt.
Setelah tsunami terjadi, Brunt dibantu Emile Okal dari Northwestern University dan Douglas Macayeal dari University of Cicago langsung meneliti pecahan es yang mengambang di laut menggunakan satelit. Setelah melihat lebih dekat dengan bantuan radar European Space Agency Satellite (ENVISAT), ditemukan dua gunung es, salah satunya diperkirakan sebesar Kota Manhattan.
“Ini merupakan contoh bagaimana peristiwa di Bumi ini terhubung satu sama lain walaupun dengan jarak yang sangat jauh. Hal ini juga menjelaskan bagaimana sistem yang sepertinya tidak berkaitan ternyata sangat berkaitan,” ungkap MacAyeal.